Pernah dengar dengan palestina ? mungkin kebanyakan
masyarakat Indonesia tahu bahwa bangsa palestina adalah bangsa yang terjajah
oleh negara Israel, bangsa yang paling tertindas pada abad 21 ini. Tapi pernahkah
muncul dibenak pikiran kalian kenapa bangsa palestina kok tidak
merdeka-merdeka. Yahh, mungkin apa yang dibenak kalian serupa dengan apa yang
saya pikirkan, dan memicu saya untuk menulis sesuatu yang mungkin sedikit
bermanfaat buat kalian, yahh meskipun tidak akan membuat perut kenyang tapi
bisa sedikita mengenyangkan otak kalian. Disini akan saya bahas dari sejarah
kenapa kok palestina selalu bermusuhan dengan Israel, bisa diibaratkan Bahasa
antara palestina dan Israel adalah Bahasa peluru alias dengan peperangan
(bukan) bisa dikatakan peperangan apabila terjadi pertempuran secara frontal
dan total, bisa dibilang bentrokan-bentrokan yang sering terjadi di sekitar
perbatasan jalur gaza.
Mengutip
pernyataan baru-baru ini dari Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu
menyatakan bahwa “akan mencaplok wilayah lembaha Jordan di tepi barat dan
operasi akan dilaksanakan pada 1 juli 2020”, Sumber dari Sindonews.com. jika
hal itu akan terjadi dan tidak ada negosiasi ataupun perjanjian damai dari
kedua pihak atau pihak PBB yang menengahi maka akan menyebabkan 107.000 warga
palestina di daerah tersebut terancam terusir dari tanah mereka tinggal.
Kemudian selalu muncul dipikiran kenapa paletina tidak kunjung merdeka, mengapa
negara ini tidak segera berdaulat dan bebas. Apakah ini salah palestina, salah
Israel, atau salah seluruh dunia ? . pada ulasan tulisan ini saya akan
menjabarkan dari akarnya yaitu pada saat Deklarasi Balfour sampai pada
perpecahan faksi-faksi palestina.
Tulisan ini sedikit
Panjang, bagi yang tidak suka baca silahkan skip dan lewatkan ilmu ini
Awal kisah dimulai saat bangsa yahudi meminta kepada
kerajaan inggris agar diberikan tanah air sendiri.
A. Deklarasi Balfour
Yap, deklarasi balfour adalah sepucuk surat yang ditulis
oleh Menteri luar negeri kerajaan inggris yaitu Arthur Balfour pada 2 november
1917 saat berkecamuknya Perang Dunia 1. Saat inggris dan perancis babak belur
dan terjebak pada jalan buntu gara-gara ulah jerman di zona perang bagian
barat, Menteri luar negeri inggris saat itu, Lord Arthur James Balfour menulis
sepucuk surat kepada warga keturunan yahudi yang berpengaruh di kerajaan
inggris yaitu Baron Lionel Rothschild. Surat tersebut yang berisi dukungan
pemerintahan inggris terhadap berdirinya negara yahudi. Awalnya perdana Menteri
inggris saat itu dijabat oleh David Lolyd George memberikan tanah Uganda di
afrika untuk warga yahudi, tapi warga yahudi menolak tanah tersebut dan
menginginkan tanah yang berada di palestina yang saat itu dikuasi oleh
Kesultanan Turkey Ustmani. Akhirnya menlu dan perdana Menteri inggris
menyetujui usulan tersebut (Al-Jaddid, 2014:4).
Tujuan dari dukungan inggris terhadap berdirinya negara
yahudi melalui deklarasi balfour adalah Gerakan politik akan kekhawatiran arah
dunia pada masa perang dunia 1. Putusan tersebut mengandung motif yang berbeda.
Pemerintah inggris berharap dengan adanya deklarasi dukungan tersebut akan
menarik simpati warga yahudi di negara-negara netral seperti amerika serikat.
Sebagaimana dicatat Bernard Avishai dalam “The Balfour Declaration” yang terbit
di The New Yorker, negosiasi tingkat elit pertama antara inggris dan kelompok
yahudi bisa dilacak pada tanggal 7 februari 1917 dalam sebuah konferensi yang
juga dihadiri Balfour dan para petinggi kelompok yahudi salah satunya adalah
Rothschild (yang kelak akan menjadi presiden pertama Israel). Dalam pembicaraan
tersebut tidak sama sekali menyebutkan nasib yang terjadi pada warga palestina
hingga deklarasi dipublikasikan. Di mata sejarawan ketiadaan tersebut menjadikan
deklarasi balfour tidak adil.
Semenjak saat itu banyak warga yahudi yang mulai
berbondong-bondong bermigrasi ke tanah arab. Setelah berakhirnya perang dunia 1
dan memunculkan pakta Versailles 1919, inggris diberikan mandate untuk memegang
mandat memerintah sementara di palestina yang sebelumnya dipegang oleh
kesultanan ottoman. Pemberian mandate tersebut diharapkan inggris dapat
berperilaku adil terhadap yahudi dan suku arab yang ada di palestina, tapi pada
kenyataannya tidak. Setelah tahun 1939 perang dunia 2 dimulai dan Nazi Jerman
dibawah Hitler melakukan sejumlah upaya Holocaust membuat dukungan
internasional terhadap yahudi pun meningkat pesat. Dukungan tersebut akhirnya
memunculkan deklarasi resmi berdirinya negara yahudi Israel pada 1948.
B. Israel Menang Perang
dengan Liga Arab
1. Perang Arab-Israel
setelah negara yahudi Israel resmi
berdiri pada 14 mei 1948, 24 jam setelahnya Liga arab resmi menyatakan perang
pada negara yang baru lahir ini. Perang yang sering dikenal dengan Perang
Arab-Israel yang berlangsung sekitar 1 tahun ini antara 15 mei 1948- 20 juli
1949 adalah peperangan karena ketidak setujuan negara-negara arab atas mandat
yang telah diberikan oleh PBB karena Israel mendapat tanah sekitar 55% dari
pembagian dengan tanah arab. Hal ini memicu perang yang kemudian bagi orang
palestina disebut bencana sampai saat ini. Liga arab yang Bersatu dalam perang
terdiri dari mesir, irak, suriah, yordania, Lebanon, arab Saudi, dan yaman.
Meskipun Israel berperang sendirian namun Israel mampu memenangkan perang dan
mampu memperluas wilayahnya dengan merebut sekitar 30% tambahan tanah
palestina. Saya tidak akan membahas kenapa Israel bisa menang perang, mungkin
akan disambung di tulisan selanjutnya.
2. Perang Sepanjang
Terusan Suez (Krisis Suez)
Perang kedua terjadi pada 29 oktober 1956, perang ini
dikenal juga dengan Krisis Suez. Awal mulanya ketika mesir mulai
menasinalisasikan terusan Suez yang kemudian ditentang oleh inggris dan prancis
akhirnya membantu Israel dalam melakukan invasi diwilayah gaza dan mampu
menduduki wilayah sinai yang dimiliki oleh mesir. Terusan suez adalah wilayah
yang sangat strategis karena mampu memangkas perjalanan daru eropa ke wilayah
timur jauh dan Australia tanpa mengelilingi benua afrika. Pada masa itu wilayah
ini sangat penting bagi inggris dan perancis karena sebagai penguhubung ke
wilayah jajahannya. Secara militer Israel,inggris dan perancis menang tapi
secara politik mereka kalah, karena tekanan dari dunia internasioanal untuk
gencatan senjata dan meminta Israel, inggris, dan perancis untuk mundur dari
wilayah mesir. Alhasil, merekapun mundur dan kemudian pemerintah mesir membuka
kembali terusan suez untuk komersial
3. Six Days War (Perang 6
Hari)
Perang ini terjadi pada 5-10 juni
1967, lineup dari masing-masing kubu adalah israel vs mesir, yordania, dan
suriah. Awal mula perang ini adalah penutupan selat tiran oleh pemerintah mesir
yang presidennya saat itu diajabat oleh Gamal Abdul Nasir, pemerintah mesir
juga mulai mengerahkan pasukannya ke tapal batas Israel disekitar semenanjung
sinai. Israel menanggapi hal ini dengan maklumat jika selat tiran tidak dibuka
maka sama saja dengan menantang perang namun pemerintah mesir tetap menutup
selat tiran dan perang pun tidak terelakkan. Pada tanggal 30 mei yordania dan
mesir resmi bekerja sama dan yordania turut mengundang suriah untuk bergabung.
Menanggapi hal ini Israel melancarkan operasi focus yaitu operasi udara
besar-besaran yang dilakukan secara mendadak untuk menyerang pangkalan udara
mesir. Hasilnya adalah Israel mampu menghancurkan sebagian besar pesawat dari
mesir sehingga membuat kekuatan udara mesir mandul. Dengan keunggulan kekuatan
udara Israel, Israel bagai diatas angin melawan persatuan negara arab tersebut.
nyatanya persatuan negara arab memiliki ego politiknya masing-masing yang
membuat koordinasi dan satuan komando dilapangan tidak berjalan dengan baik.
Hal ini yang semakin memudahkan Israel menang perang dengan waktu yang singkat
dan berhasil merebut wilayah golan, sinai, dan gaza.
4. Perang Yom Kippur
Perang ini terjadi pada 6 oktober -26
oktober 1973 antara Israel vs suriah, Libya, dan mesir. Pada tanggal 6 oktober
bertepatan dengan hari raya terbesar umat yahudi yang disebut dengan yom
kippur, dan bertepatan pula dengan bulan Ramadhan bagi umat muslim sehingga
dinamakan perang Ramadhan 1973. Skip, (tidak membahas jalannya perang) Setelah
dua minggu perang berkecamuk dewan PBB mengadakan rapat dan menghasilkan
resolusi 339 serta gencatan senajata dikedua belah pihak dan mencegah kekalahan
total mesir dan sekutunya. Dalam perang
ini aliansi negara arab tidak memiliki tujuan sama sekali untuk membahas
kemerdekaan palestina, mereka hanya ingin merebut wilayah sinai dan golan.
Pada tahun 1978 di camp David amerika serikat disepakati
perjanjian camp David yang isinya Israel akan menyerahkan sinai kepada mesir
dan golan kepada suriah. Isi yang kedua membahas soal hak-hak bangsa palestina
tetapi malah ditolak oleh Organisasi Pembebas Palestina (PLO). Posisi palestina
setelah perang yom kippur ini makin tidak jelas terlebih setelah yordania
negeri yang ditempati sebagian besar bangsa palestina lebih memilih bersikap
netral akibat kekalahannya setelah perang enam hari yang membuat yordania harus
kehilangan wilayah di tepi barat dan jerussalem timur. PLO yang berkedudukan di
yordania semakin sombong dan menuntut pemerintahan palestina untuk bertindak
namun raja yordania menolak. PLO kemudian ingin melancarkan kudeta ke raja
yordan namun dapat dicegah raja dengan mengusir PLO keluar yordan.
C. Faksi-Faksi Palestina
Tidak Bersatu
Palestina sendiri mempunyai beberapa
faksi-faksi yang kesemuanya memiliki tujuan nya sendiri-sendiri dan kadang
justru mereka saling berperang. sungguh sangat disayangkan bahwa bukannya
Bersatu menyatukan kekuatan tapi justru malah saling serang dan membuang-buang
tenaga dan pikiran. Sebenarnya ada banyak faksi dipalestina dari yang bergerak
secara terang-terangan hingga yang bergerak didalam tanah. Namun, ada dua faksi
besar yang berkuasa yaitu : faksi Fatah yang berideologi nasionalis sekuler dan
Hammas yang berideologi islam. Keduanya sama-sama memeperjuangkan kebebesan
palestina tapi dengan jalan dan cara yang berbeda. Fatah lebih memilih
berdiplomasi dengan Israel sedangkan Hammas lebih memilih jalan perang untuk
kebebasan.
Dalam perkembangannya kedua faksi tersebut terus
berseteru dan bahkan saling menyerang satu sama lain, bukannya menyatukan
kekuatan bersama. Rasa nasionalisme juga kurang tercermin pada bangsa palestina
sehingga pergolakan atau perlawanan hanyalah seperti batu kerikil saja. Untuk
mencapai kemerdekaan memang tidak mudah ada syarat internasional yang harus
terpenuhi yakni adanya wilayah, adanya rakyat, pemerintahan yang sah, dan
pengakuan dari negara lain. Untuk mencapai sebuah kemerdekaan haruslah
mengesampingkan ego politik terlebih dahulu demi tercapainya tujuan bersama
apabila kedua faksi besar ini mampu mengesampingkan egonya dan mampu duduk
bersama di meja kerja sama, dengan kemampuan diplomasi fatah dan kekuatan dari
hammas kemerdekaan mungkin saja bisa diraih bangsa palestina.
D. Simpulan
Setelah koalisi arab beberapa kali kalah
perang dengan Israel mereka cenderung lebih berdamai dan tidak menganggap
Israel sebagai musuh lagi. Dunia internasional juga seperti sudah kehabisan
akal untuk bertindak dalam konflik ini. Sementara perjuangan bangsa palestina
masih terus berlanjut ditengah polemik egosentris para elit palestina dan juga
gempuran Israel.
Kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu
maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri
kemanusiaan dan peri keadilan. Sebuah kemerdekaan itu haruslah diperjuangkan
oleh bangsanya sendiri apabila bangsa tersebut tidak Bersatu maka kemerdekaan
hanyalah mimpi indah yang terjadi di alam baka sana. Karena sejatinya persatuan
dan rasa nasionalisme lah yang menjadi senjata terkuat dalam meraih
kemerdekaan. Perang arab-Israel menjadi bukti bahwa persatuan rakyat Israel
dalam melawan koalisi negara arab yang terpecah-pecah mampu mengalahkan
kekuatan besar koalisi arab. kuncinya adalah PERSATUAN.
.
0 komentar: