Senin, 03 Agustus 2020

Palestina dan Israel Serial Tom Jerry di Dunia Nyata. Penuh Drama !!



            Pernah dengar dengan palestina ? mungkin kebanyakan masyarakat Indonesia tahu bahwa bangsa palestina adalah bangsa yang terjajah oleh negara Israel, bangsa yang paling tertindas pada abad 21 ini. Tapi pernahkah muncul dibenak pikiran kalian kenapa bangsa palestina kok tidak merdeka-merdeka. Yahh, mungkin apa yang dibenak kalian serupa dengan apa yang saya pikirkan, dan memicu saya untuk menulis sesuatu yang mungkin sedikit bermanfaat buat kalian, yahh meskipun tidak akan membuat perut kenyang tapi bisa sedikita mengenyangkan otak kalian. Disini akan saya bahas dari sejarah kenapa kok palestina selalu bermusuhan dengan Israel, bisa diibaratkan Bahasa antara palestina dan Israel adalah Bahasa peluru alias dengan peperangan (bukan) bisa dikatakan peperangan apabila terjadi pertempuran secara frontal dan total, bisa dibilang bentrokan-bentrokan yang sering terjadi di sekitar perbatasan jalur gaza.

Mengutip pernyataan baru-baru ini dari Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu menyatakan bahwa “akan mencaplok wilayah lembaha Jordan di tepi barat dan operasi akan dilaksanakan pada 1 juli 2020”, Sumber dari Sindonews.com. jika hal itu akan terjadi dan tidak ada negosiasi ataupun perjanjian damai dari kedua pihak atau pihak PBB yang menengahi maka akan menyebabkan 107.000 warga palestina di daerah tersebut terancam terusir dari tanah mereka tinggal. Kemudian selalu muncul dipikiran kenapa paletina tidak kunjung merdeka, mengapa negara ini tidak segera berdaulat dan bebas. Apakah ini salah palestina, salah Israel, atau salah seluruh dunia ? . pada ulasan tulisan ini saya akan menjabarkan dari akarnya yaitu pada saat Deklarasi Balfour sampai pada perpecahan faksi-faksi palestina.

Tulisan ini sedikit Panjang, bagi yang tidak suka baca silahkan skip dan lewatkan ilmu ini

            Awal kisah dimulai saat bangsa yahudi meminta kepada kerajaan inggris agar diberikan tanah air sendiri.

A. Deklarasi Balfour

            Yap, deklarasi balfour adalah sepucuk surat yang ditulis oleh Menteri luar negeri kerajaan inggris yaitu Arthur Balfour pada 2 november 1917 saat berkecamuknya Perang Dunia 1. Saat inggris dan perancis babak belur dan terjebak pada jalan buntu gara-gara ulah jerman di zona perang bagian barat, Menteri luar negeri inggris saat itu, Lord Arthur James Balfour menulis sepucuk surat kepada warga keturunan yahudi yang berpengaruh di kerajaan inggris yaitu Baron Lionel Rothschild. Surat tersebut yang berisi dukungan pemerintahan inggris terhadap berdirinya negara yahudi. Awalnya perdana Menteri inggris saat itu dijabat oleh David Lolyd George memberikan tanah Uganda di afrika untuk warga yahudi, tapi warga yahudi menolak tanah tersebut dan menginginkan tanah yang berada di palestina yang saat itu dikuasi oleh Kesultanan Turkey Ustmani. Akhirnya menlu dan perdana Menteri inggris menyetujui usulan tersebut (Al-Jaddid, 2014:4).

            Tujuan dari dukungan inggris terhadap berdirinya negara yahudi melalui deklarasi balfour adalah Gerakan politik akan kekhawatiran arah dunia pada masa perang dunia 1. Putusan tersebut mengandung motif yang berbeda. Pemerintah inggris berharap dengan adanya deklarasi dukungan tersebut akan menarik simpati warga yahudi di negara-negara netral seperti amerika serikat. Sebagaimana dicatat Bernard Avishai dalam “The Balfour Declaration” yang terbit di The New Yorker, negosiasi tingkat elit pertama antara inggris dan kelompok yahudi bisa dilacak pada tanggal 7 februari 1917 dalam sebuah konferensi yang juga dihadiri Balfour dan para petinggi kelompok yahudi salah satunya adalah Rothschild (yang kelak akan menjadi presiden pertama Israel). Dalam pembicaraan tersebut tidak sama sekali menyebutkan nasib yang terjadi pada warga palestina hingga deklarasi dipublikasikan. Di mata sejarawan ketiadaan tersebut menjadikan deklarasi balfour tidak adil.

            Semenjak saat itu banyak warga yahudi yang mulai berbondong-bondong bermigrasi ke tanah arab. Setelah berakhirnya perang dunia 1 dan memunculkan pakta Versailles 1919, inggris diberikan mandate untuk memegang mandat memerintah sementara di palestina yang sebelumnya dipegang oleh kesultanan ottoman. Pemberian mandate tersebut diharapkan inggris dapat berperilaku adil terhadap yahudi dan suku arab yang ada di palestina, tapi pada kenyataannya tidak. Setelah tahun 1939 perang dunia 2 dimulai dan Nazi Jerman dibawah Hitler melakukan sejumlah upaya Holocaust membuat dukungan internasional terhadap yahudi pun meningkat pesat. Dukungan tersebut akhirnya memunculkan deklarasi resmi berdirinya negara yahudi Israel pada 1948.

 

 

 

B. Israel Menang Perang dengan Liga Arab

1. Perang Arab-Israel

            setelah negara yahudi Israel resmi berdiri pada 14 mei 1948, 24 jam setelahnya Liga arab resmi menyatakan perang pada negara yang baru lahir ini. Perang yang sering dikenal dengan Perang Arab-Israel yang berlangsung sekitar 1 tahun ini antara 15 mei 1948- 20 juli 1949 adalah peperangan karena ketidak setujuan negara-negara arab atas mandat yang telah diberikan oleh PBB karena Israel mendapat tanah sekitar 55% dari pembagian dengan tanah arab. Hal ini memicu perang yang kemudian bagi orang palestina disebut bencana sampai saat ini. Liga arab yang Bersatu dalam perang terdiri dari mesir, irak, suriah, yordania, Lebanon, arab Saudi, dan yaman. Meskipun Israel berperang sendirian namun Israel mampu memenangkan perang dan mampu memperluas wilayahnya dengan merebut sekitar 30% tambahan tanah palestina. Saya tidak akan membahas kenapa Israel bisa menang perang, mungkin akan disambung di tulisan selanjutnya.

2. Perang Sepanjang Terusan Suez (Krisis Suez)

            Perang kedua terjadi pada 29 oktober 1956, perang ini dikenal juga dengan Krisis Suez. Awal mulanya ketika mesir mulai menasinalisasikan terusan Suez yang kemudian ditentang oleh inggris dan prancis akhirnya membantu Israel dalam melakukan invasi diwilayah gaza dan mampu menduduki wilayah sinai yang dimiliki oleh mesir. Terusan suez adalah wilayah yang sangat strategis karena mampu memangkas perjalanan daru eropa ke wilayah timur jauh dan Australia tanpa mengelilingi benua afrika. Pada masa itu wilayah ini sangat penting bagi inggris dan perancis karena sebagai penguhubung ke wilayah jajahannya. Secara militer Israel,inggris dan perancis menang tapi secara politik mereka kalah, karena tekanan dari dunia internasioanal untuk gencatan senjata dan meminta Israel, inggris, dan perancis untuk mundur dari wilayah mesir. Alhasil, merekapun mundur dan kemudian pemerintah mesir membuka kembali terusan suez untuk komersial

3. Six Days War (Perang 6 Hari)

            Perang ini terjadi pada 5-10 juni 1967, lineup dari masing-masing kubu adalah israel vs mesir, yordania, dan suriah. Awal mula perang ini adalah penutupan selat tiran oleh pemerintah mesir yang presidennya saat itu diajabat oleh Gamal Abdul Nasir, pemerintah mesir juga mulai mengerahkan pasukannya ke tapal batas Israel disekitar semenanjung sinai. Israel menanggapi hal ini dengan maklumat jika selat tiran tidak dibuka maka sama saja dengan menantang perang namun pemerintah mesir tetap menutup selat tiran dan perang pun tidak terelakkan. Pada tanggal 30 mei yordania dan mesir resmi bekerja sama dan yordania turut mengundang suriah untuk bergabung. Menanggapi hal ini Israel melancarkan operasi focus yaitu operasi udara besar-besaran yang dilakukan secara mendadak untuk menyerang pangkalan udara mesir. Hasilnya adalah Israel mampu menghancurkan sebagian besar pesawat dari mesir sehingga membuat kekuatan udara mesir mandul. Dengan keunggulan kekuatan udara Israel, Israel bagai diatas angin melawan persatuan negara arab tersebut. nyatanya persatuan negara arab memiliki ego politiknya masing-masing yang membuat koordinasi dan satuan komando dilapangan tidak berjalan dengan baik. Hal ini yang semakin memudahkan Israel menang perang dengan waktu yang singkat dan berhasil merebut wilayah golan, sinai, dan gaza.

4. Perang Yom Kippur

            Perang ini terjadi pada 6 oktober -26 oktober 1973 antara Israel vs suriah, Libya, dan mesir. Pada tanggal 6 oktober bertepatan dengan hari raya terbesar umat yahudi yang disebut dengan yom kippur, dan bertepatan pula dengan bulan Ramadhan bagi umat muslim sehingga dinamakan perang Ramadhan 1973. Skip, (tidak membahas jalannya perang) Setelah dua minggu perang berkecamuk dewan PBB mengadakan rapat dan menghasilkan resolusi 339 serta gencatan senajata dikedua belah pihak dan mencegah kekalahan total mesir dan sekutunya.  Dalam perang ini aliansi negara arab tidak memiliki tujuan sama sekali untuk membahas kemerdekaan palestina, mereka hanya ingin merebut wilayah sinai dan golan.

            Pada tahun 1978 di camp David amerika serikat disepakati perjanjian camp David yang isinya Israel akan menyerahkan sinai kepada mesir dan golan kepada suriah. Isi yang kedua membahas soal hak-hak bangsa palestina tetapi malah ditolak oleh Organisasi Pembebas Palestina (PLO). Posisi palestina setelah perang yom kippur ini makin tidak jelas terlebih setelah yordania negeri yang ditempati sebagian besar bangsa palestina lebih memilih bersikap netral akibat kekalahannya setelah perang enam hari yang membuat yordania harus kehilangan wilayah di tepi barat dan jerussalem timur. PLO yang berkedudukan di yordania semakin sombong dan menuntut pemerintahan palestina untuk bertindak namun raja yordania menolak. PLO kemudian ingin melancarkan kudeta ke raja yordan namun dapat dicegah raja dengan mengusir PLO keluar yordan.

C. Faksi-Faksi Palestina Tidak Bersatu

            Palestina sendiri mempunyai beberapa faksi-faksi yang kesemuanya memiliki tujuan nya sendiri-sendiri dan kadang justru mereka saling berperang. sungguh sangat disayangkan bahwa bukannya Bersatu menyatukan kekuatan tapi justru malah saling serang dan membuang-buang tenaga dan pikiran. Sebenarnya ada banyak faksi dipalestina dari yang bergerak secara terang-terangan hingga yang bergerak didalam tanah. Namun, ada dua faksi besar yang berkuasa yaitu : faksi Fatah yang berideologi nasionalis sekuler dan Hammas yang berideologi islam. Keduanya sama-sama memeperjuangkan kebebesan palestina tapi dengan jalan dan cara yang berbeda. Fatah lebih memilih berdiplomasi dengan Israel sedangkan Hammas lebih memilih jalan perang untuk kebebasan.

            Dalam perkembangannya kedua faksi tersebut terus berseteru dan bahkan saling menyerang satu sama lain, bukannya menyatukan kekuatan bersama. Rasa nasionalisme juga kurang tercermin pada bangsa palestina sehingga pergolakan atau perlawanan hanyalah seperti batu kerikil saja. Untuk mencapai kemerdekaan memang tidak mudah ada syarat internasional yang harus terpenuhi yakni adanya wilayah, adanya rakyat, pemerintahan yang sah, dan pengakuan dari negara lain. Untuk mencapai sebuah kemerdekaan haruslah mengesampingkan ego politik terlebih dahulu demi tercapainya tujuan bersama apabila kedua faksi besar ini mampu mengesampingkan egonya dan mampu duduk bersama di meja kerja sama, dengan kemampuan diplomasi fatah dan kekuatan dari hammas kemerdekaan mungkin saja bisa diraih bangsa palestina.

D. Simpulan

            Setelah koalisi arab beberapa kali kalah perang dengan Israel mereka cenderung lebih berdamai dan tidak menganggap Israel sebagai musuh lagi. Dunia internasional juga seperti sudah kehabisan akal untuk bertindak dalam konflik ini. Sementara perjuangan bangsa palestina masih terus berlanjut ditengah polemik egosentris para elit palestina dan juga gempuran Israel.

            Kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Sebuah kemerdekaan itu haruslah diperjuangkan oleh bangsanya sendiri apabila bangsa tersebut tidak Bersatu maka kemerdekaan hanyalah mimpi indah yang terjadi di alam baka sana. Karena sejatinya persatuan dan rasa nasionalisme lah yang menjadi senjata terkuat dalam meraih kemerdekaan. Perang arab-Israel menjadi bukti bahwa persatuan rakyat Israel dalam melawan koalisi negara arab yang terpecah-pecah mampu mengalahkan kekuatan besar koalisi arab. kuncinya adalah PERSATUAN.

 

 

           

.

 

           


Previous Post
First

0 komentar: