Pada
awal bulan februari tahun 2022 Indonesia tengah mengalami gejolak ekonomi yang
bermula dari kelangkaan minyak goreng dipasaran. Ditengah kebutuhan dapur yang
meningkat stok minyak goreng dipasaran justru sedikit dan bisa dibilang langka.
Ada berbagai faktor yang menyebabkan minyak goreng langka dipasaran mulai dari
pengaruh konflik antara ukraina dan russia yang merupakan salah satu penghasil
minyak bunga matahari terbesar di dunia. Dampak dari eskalasi konflik yang
terjadi adalah pembatasan bahkan penghentian dari eksport minyak bunga matahari
yang berdampak pula pada peningkatan permintaan pada minyak sawit sebagai
pengganti dari minyak bung matahari. Seiring dengan tingginya permintaan maka
lonjakan harga juga semakin tinggi.
Dalam rapat komisi bersama DPR
komisi VI RI, kementerian perdagangan menjelaskan bahwa terdapat berbagai
faktor yang mengakibatkan kelangkaan dari minyak goreng. Salah satunya adalah
terdapat mafia minyak goreng yang memanfaatkan kegentingan yang ada di mana
minyak goreng dengan sengaja ditimbun dan di eksport keluar negeri. Sehingga
supply yang ada di Indonesia tidak mencukupi dari tingginya demand. Ini semua
yang mengakibatkan harga minyak goreng menjadi mahal semenjak kebijakan HET
dicabut. Berdasarkan pemaparan menteri perdagangan stok minyak goreng di
Indonesia sebenarnya cukup yang dihasilkan dari penerapan kebijakan DMO (domestik
market obligation) dan DPO (domestik price obligation). Anehnya saat
ini melihat langkanya ketersediaan minyak goreng di tengah banyaknya stok minyak,
ia mengatakan ada permainan kotor yang memainkan hal tersebut dengan melakukan
penimbunan minyak goreng ataupun menjual minyak ke luar negeri tanpa mengikuti
aturan harga dari pemerintah.
Langkah yang diambil oleh pemerintah
setelah pencabutan HET adalah bekerja sama dengan pihak kepolisian RI untuk
mencari para mafia-mafia minyak dan melakukan tindakan hukum, kemudian
pemerintah khususnya kementerian perdagangan melakukan tindakan
subsidi-awasi-distribusi. Ketidakmampuan pemerintah untuk mengendalikan harga
minyak goreng dan menghadapi para kartel mafia migor membuat rakyat khususnya
yang kesehariannya menggunakan minyak goreng geram. Berbagai tuntutan
diutarakan ke pemerintah seperti menuntut menteri perdagangan untuk mundur. Hal
yang paling menggelikan dari polemik migor ini justru muncul dari tokoh publik
sekaligus ketua umum partai PDIP yang memberikan statement bahwa apakah ibu-ibu
setiap hari pekerjaannya hanya menggoreng saja, bukankah ada cara lain seperti
merebus, dll. pernyataan seperti itu bagi seorang negarawan merupakan sebuah
pelik bagi masyarakat. Bukannya memberikan sebuah solusi yang membangun justru
malah menjatuhkan. Karena pada dasarnya konsumsi migor Indonesia merupakan
salah satu yang terbesar di dunia maka sudah sewajarnya kehidupan masyarakat
sehari hari tidak bisa dipisahkan dari migor.
0 komentar: