Senin, 31 Mei 2021

Hati Merdeka

            Bagi kalian yang selalu mendambakan menjadi manusia yang merdeka tidak hanya merdeka fisik namun juga hati dan pikiran. Lalu merdeka itu apa sih ? apa arti merdeka buat kamu ? dan secara fisik saja yang merdeka apakah sudah cukup buatmu ? yupp, pertanyaan pertanyaan seperti itu sering muncul dibenak beberapa orang yang menginginkan merdeka yang bener-bener utuh. Terlepas dari itu merdeka bukan sekedar kita merdeka dari suatu kolonialisme bangsa atau negara lain, sama halnya dengan negara Indonesia yang merdeka pada 17 agustus 1945 yang mana meski proklamasi dikumandangkan di pagi hari tepat pada 17 agustus di langit yang agak mendung namun pada kenyataanya, waktu itu Indonesia belum benar benar merdeka. Karena waktu itu setelah proklamasi justru belanda bersama inggris melakukan agresi militer dengan alasan mengamankan wilayah yang bera
da dalam status quo karena kekosongan kekuasaan seusai ditinggal para prajurit dai nippon atau istilahnya de police (polisinil). Bisa dilihat bahwa status kemerdekaan kita masih kecil tak segagah burung garuda.

            Garuda adalah raja burung yang berasal dari keturunan Kasyapa dan Winata, salah seorang putri Daka.dengan semangat garuda seluruh elemen masyarakat Indonesia terus menerus memperjuangakan tanahnya ditangan para orang asing. Pertumpahan darah tentunya bukan menjadi sesuatu yang dramitis disini. Mereka semua siap MATI ! YA MATI untuk memperjuangkan hak kemerdekaannya. Begitu sangat mahalnya arti merdeka.

            nyawa saja berani dibayarkan untuk sebuah merdeka fisik, bagaimana dengan merdeka hati ? bukankah besar bayarannya untuk menebusnya dari tangan belenggu keterkekangan. Manusia itu selalu terbelenggu, terdapat dinding yang kokoh dan tinggi di dalamnya. Jadi hati merdeka apakah benar-benar ada ?

            Ada beberapa hal yang menganggu dipikiran, siklus hidup manusia itu sama halnya dengan makhluk hidup lain hewan, tumbuhan, mikroba, amoeba, mereka sama dengan kita mereka lahir-tumbuh-lalu mati entah mati karena dimangsa, seleksi alam atau karena faktor usia. Namun yang membedakan adalah mereka jauh lebih bebas.

            Yup, hewan saja mampu hidup secara bebas di alam liar tapi manusia berbeda, manusia selalu terkekang semenjak manusia mampu berkomunikasi dan bekerja sama satu sama lain. Kenapa ?

            Karena manusia yang punya kecerdasan kognitif, kecerdasan untuk mulai saling berinteraksi dan menjalin kerja sama. Emang hewan tidak punya ya ? ya punya tapi tidak sekompleks sistem manusia.

            Sejak awal dilahirkanpun manusia sudah tidak memiliki kebebasan, lets say, kebebasan untuk memilih “dilahirkan atau tidak atau dilahirkan di situasi tertentu” mustahil kan.

            Yeah, orang dulu kala juga pernah berpikir demikian lalu muncullah filosofi determinisme, dalam filosofi tersebut semua yang terjadi di dunia itu pasti memiliki hukum sebab-akibat. Kalo di ibaratkan kalo ada asap pasti ada api. Kalo A pasti juga B. Begitulah kira-kira.

            Dari sini maka belum dapat diambil jawabannya, tapi justru memunculkan pertanyaan. Jadi sebenernya manusia punya kebebasan tidak ? hati yang merdeka apakah nyata atau hanya delusi dimimpi saja.

            Tapi meskipun begitu adanya, merdeka atau tidak di lubuk hati kudu tetep jalanin apa yang terjadi , optimis dengan yang akan datang dan mengambil pelajaran dari yang lalu. Sesimple itu hidup.

            Jadi dalam memperoleh hati merdeka  nggak perlu iri dengan burung yang bebas terbang kesana kemari di angkasa, ga perlu iri dengan ikan yang dapat menyusuri luasnya samudera hingga ke palung. Namun bila itu semua disikapi dengan pandangan yang positif maka burungpun tidak 100% merdeka dia sewaktu-waktu bisa diburu pemangsa atau pemburu, di udara angina juga bertiup kencang, begitu pula dengan ikan ada hiu disana, dilautan lepas yang maha luas tekanan justru lebih berat dari permukaan. Tekanan di permukaan tidak seberat di air dan anginnya tidak sekencang di udara, kan ? harusnya makhluk permukaan bersuka cita ia hidup disini. Lalu artinya apa coba ? yup, semua punya porsi nya masing-masing. Coba kamu jadi ikan ? mampu nggak, ya enggaklah

            Menurutku, menurutmu, menurutnya atau menurut siapa sajalah hati yang merdeka itu terletak dari cara pandang kita melihat dunia, cara pandang untuk melihat suatu kejadian yang terjadi dan cara pandang kita dalam menyikapi kejadian tersebut.

            Bila kau mengartikan merdeka hanya sebatas waktu proklamasi 17 agustus 1945, ya itu artinya kamu sudah merdeka.

            Berbeda dengan yang mengartikan merdeka yang benar-benar merdeka tanpa adanya kurungan, mereka adalah free will.

            Tapi terlepas dari kesemua problematika hati yang merdeka disitu ada sense yang tersirat, tanpa kebebasan mutlak-pun manusia dapat menjalani kehidupan ini dengan apa adanya, gitu loh.

            Seorang cewek manis pernah berkata “hidup ini memang kejam tapi juga indah” karena sebenarnya belenggu terbesar manusia ya pikirannya, Dia yang sebenarnya mengkontrol manusia. Berdasar dari filosofi determinisme tadi apa yang kita lakuin akan selalu memiliki pengaruh kedepannya.

            Lalu apa yang harus solusinya ? ya seperti tadi, semua dipengaruhi dari arah mana kamu memandangnya, dengan mentrigger pikiran, hati untuk lakuin hal yang bermakna entah itu untuk diri sendiri atau orang disekitar itu semua akan menjadikan diri sendiri merasa merdeka dan tanpa sadar juga akan memerdekaan orang lain.

            Jadi di akhir kata, hati merdeka itu yaaa, memerdekaan orang lain sebanyak-banyaknya dengan begitu nilai merdekamu akan menyalur ke orang lain dan orang lain pun juga nantinya akan memerdekaan orang lain lagi.

Dan siklus pohon rindangpun terjadi.  

Previous Post
Next Post

0 komentar: